Satu Perasaan yang Tabu Buat Gw

Gw sangat pintar berbohong, bahkan pada diri sendiri. Rasanya seperti candu, saat kau berbohong sekali kau akan mencoba dan mencoba lagi. Sekarang gw lagi mencoba merehabilitasi diri gw

Gw berbohong kepada diri gw sendiri kalau gw nggak bias. Semua sel2 dalam tubuh gw menolak tapi gw memaksa. Melakukan yang seharusnya tidak dilakukan. Menekan perasaan yang manusiawi mungkin bagi kalian tapi tidak bagi gw

Gw tipe orang yang akan dengan senang hati melimpahkan semua isi hati gw. Kalau gw senang gw tinggal tertawa sekerasnya tampa malu. Kalau gw marah gw bias ngotot sampai gw merasa puas, tidak peduli dia cewek atau bahkan guru, gw terus ngotot. Tapi kalau masalah cinta gw cuma orang udik yang masih menganggap itu hal yang asing dan berbahaya

Semuanya berawal saat gw SMP, ibu gw meminta gw berjanji. Gw pikir itu konyol dan gw menyanggupinya. Bukan bermaksud sombong tapi gw mendapatkan semuanya di SMP, ketos selama 3 tahun berturut2, menjadi PU di tiap upacara penting, dan juga tergolong pintar. Semua yang dibutuhkan menjadi anak SMP yang keren ada, cuma gw nggak memanfaatkannya

Di SMA gw kembali menginjak bumi, gw menjadi sisiwa biasa. Gw pikir itu cukup adil. Gw hanya menunjukkan keeksistensian gw sebagai ketua jurnal. .itu saja sudah membuat gw tertekan

Sebenarnya bias saja gw melanggar janji gw. Tapi gw terlalu pengecut untuk itu. Gw sayang ibu, sebagaimana gw sayang pada diri gw sendiri. Tak kan gw biaran seorang pun melukai beliau termasuk gw sendiri

Atau bisa jadi gw kembali membohongi diri gw. Gw hanya menjadikan janji sebagai sebuah alas an. Gw hanya takut sisi terlemah gw terekspos. Herannya gw cukup bangga dengan sisi lemah gw. Gw nggak biss naik motor, bahkan pake sepeda aja gw oleng. Gw agak boros, sehingga mengakibatkan penyakit selaris bokekitis. Gw suka yang gratisan, itu sudah menjadi rahasia umum. Dan gw juga nggak terlalu rapi

Sekarang gw bahkan nggak mengenal diri gw sendiri. Mengenal diri gw bagaikan memasuki labirin yang penuh dengan alasan2 yang tidak rasional. Tapi ada satu hal yang bisa gw pastikan. Gw belum mengerti sedikitpun tentang cinta itu sendiri. Entah karna janji gw atau karna gw menutup diri. Saat gw melihat Seo dan Irfan, gw sedih juga. Kenapa gw nggak bisa menjadi seperti mereka. Begitu bebas. Tapi dengan cepat gw sadar, gw adalah gw dan tentu saja mereka juga seperti diri mereka

Faktanya gw punya rencana masa depan yang jelas. Gw akan sekolah sepenuh hati. Mendapat pekerjaan dan menjadi orang kaya. Meminta kepada ibu untuk dicarikan jodoh, gw pernah melihat ibu melakukannya pada sepupu gw dan beliau makcomlang yang bagus. Setelah dapat jodoh langsung nikah dan punya anak. Gw akan ceritakan kisah gw ke anak gw, sekarang tergantung pilihannya mau ngikutin gw atau memilih jalannya sendiri, itu haknya. Dan gw akan mati bahagia.

Terkadang gw pikir gw terlalu sederhana tapi juga terlalu rumit. Yang jelas inilah kehidupan gw. Hei, kenapa sekarang gw kelihatan cengeng. ini terkhir kalinya gw ngungkapin perasaan gw, gw harap begitu