Kisah ini berawal dari seorang anak laki laki dari empat bersaudara dengan beckground orang tua petani. Kehidupan sederhana dipinggiran kota dengan suara kokokan ayam sebagai alaram, kicauan burung pemandu pagi, dan lenguhan sapi dikelabu senja.
Dia lumayan pintar dan punya kemauan untuk belajar. Lingkungan dia berkembang mengajarkannya arti hidup dan arti mensyukuri hidup
Membantu orang tuanya mengembalai sapi sebelum dan sesudah sekolah merupakan hal yang biasa baginya. Menjelang musim panen merupakan hari hari yang sibuk. Menancapkan orang orangan sawah dipenjuru lahan orang tuanya yang luas. Mengusir burung burung pencuri yang memakan padi yang hampir menguning sepenuhnya. Memanen seharian penuh bersenjatakan arit dan topi rotan sebagai penghalang panas
Walaupun berat
Walaupun letih
Dia tidak pernah mengeluh
Dia menjalaninya dengan syukur
Dan bertekat menjadi orang yang sukses, agar kelak, saat anaknya hendak sekolah tidak perlu membantunya memasukkan itik kekandang, menghalau burung disawah, atau memberi makan ternak
Kisah baru telah dimulai. Dengan tokoh utama seorang anak tunggal dari keluarga berkecukupan. Keluarganya mengajarinya cara hidup sederhana. Lebih tepatnya hidup sederhanalah yang mendarah daging pada orang tuanya, yang telah dia jadikan teladan
Karaktrer seorang anak tunggal secara alami melekat pada dirinya, dia tumbuh menjadi seorang yang sangat egois. Dia tidak peduli pendapat orang lain. Asalkan menurut hati nuraninya benar, akan dia lakukan apapun resikonya. Hai ini sangat disayangkan oleh teman temannya
Kesederhanaan kelarga yang berpadu dengan sifat alami seorang anak tunggal yang egois melebur dalam raganya. Entah mengapa, dengan kesederhanaannya membuat dia sangat mudah untuk bergaul dan mendapatkan teman. Tetapi dibalik kesederhanaannya terdapat ego yang sangat besar yang membuat teman temannya kaget
Walau kadang merugikan, egoisme membantu dia tetap konsisten dengan kesederhanaan. Dia tidak peduli kepada pendapat orang terhadapnya.
Dia hanya akan melakukan apa yang ingin dia lakukan
Dia hanya akan berkata apa adanya
Dia hanya akan memakai apa yang menurutnya nyaman
Tapi kesederhanaan yang telah dari kecil dicontohkan orang tuanya memudar. Hatinya tidak teguh. Dia telah kalah. Kalah dengan gengsi
Segala aspek sosial yang dipercayainya memudar oleh gengsi
Segala kehormatan yang dia pegang teguh digrogoti gengsi
Segala prinsip hidup yang dia teguhkan roboh oleh gengsi
Gengsi, mider, rendah diri, apapun namanya
Sebegitu berpengaruhkan dalam kehidupan
Sebegitu kuatkah
Sebegitu sakitkah saat memikulnya
Dia tidak sanggup
Dia menyerah
Dia kalah
Gengsi emang rada tai. Kayak gengsi ngatur semuanya. Gengsi ngatur lu ada distrata mana. Gengsi ngatur lu bolehnya gaul ama siapa siapa aja. Gengsi ngatur lu boleh kemana aja
Kenalan ama doi berani nggak lu?
She out of my league
Malam ini ke CK yuk?
Males ah, gue nggak punya baju
Besok cabut kepuncak nyak?
Nggak deh, banyak anak gaulnya
Ini ni semua tai tau nggak
Oke, mungkin gue agak berlebihan. Tapi ini emang beneran ada di sela sela kehidupan sosial gue. Gue secara rendah hati mengakui kalau gue hanya manusia biasa yang juga bisa kalah dengan ego gue sendiri. Ya, gengsi juga sebaian dari ego
Dan gue sedikit muak ama semua ini. Kenapa harus ada hal kayak gini? Kenapa? Siapa yang harus disalahkan? Apakah diotak remaja remaja sekarang isinya cuma katalog doang? Yang isinya harga harga dan harga? Segalanya dinilai dengan harga. Dan bodohnya, yang lain juga ngikutin. Berlomba lomba mengikuti tren. Biar nggak minder. Berlomba lomba beli ini lah beli itu lah, biar nggak ketinggalan jaman
misalnya gini, temen lu ganti motor. sekarang doi pake kawasaki ninja. lu ngerasa minder nongkrong bareng doi. lu merasa kalo lu tu belum sederajad ama doi. Lu harus beli yang setidaknya sama ato lebih mahal dari motor doi. emang kalo lu nggak beli lu bakalan mati? meng kalo lu nggak beli lu nggak bakalan punya teman? emang kalo lu beli, lu bakalan pacaran ama pevita pearce? ya nggak lah, pevita pearce tu udah jadi milik gue #salahfokus
Woke up men!!! money u are spend is come from u’r parents work, not u’r
Lu nggak pantas make uang cuma buat ngemenuhin hasrat gengsi
Contoh kecil: Adek lu yang masih sd, yang belum ngerti cara bikin anak tu kayak apa, lu kasi duit buat doi jajan. trus adek lu ngerengek ama elu minta tambahan duit buat beli iPhone 5. Buset dah, jangankan buat iPhone, buat dana pacaran aja ngos ngosan. Adek lu pengen iPhone 5 karna mupeng liat punya temennya. Lu gondok nggak? kayak gitu juga mungkin perasaan bonyok lu.